Jumat, 24 Januari 2014

Contoh Cerita Pendek

SAHABAT GELANDANGAN

Di sebuah jembatan penyeberangan tak beratap, matahari bersinar garang di langit Surabaya yang berselimut karbon dioksida. Orang-orang melintas bergegas dan berpeluh diliputi lautan udara bermuatan asap knalpot. Lelaki setengah umur itu masih duduk di situ, bersandarkan pagar pipa-pipa besi, persis di tengah jembatan. Menundukkan kepala yang dibungkus topi pandan kumal serta tubuh dibalut busana serba dekil, duduk di atas lembaran kardus bekas air kemasan. Di depannya sebuah kaleng peot, nyaris kosong dari uang receh logam maupun pecahan terkecil yang masih berlaku. Dan, di bawah jembatan, melintas kendaraan bermotor dengan cepatnya ketika di persimpangan berlampu hijau.
Lelaki setengah umur yang kelihatan cukup sehat itu akan pulang ketika matahari mulai tergelincir ke Barat. Turun dengan langkah pasti menuju lekukan selokan hitam di pinggir jalan, tempat gerobak dorong kecil beroda besi seukuran asbak miliknya ditempatkan. Dari dalam gerobak yang penuh dengan buntelan dan tas-tas berwarna seragam dengan dekil tubuhnya, ia mencari-cari botol plastik yang berisi air entah diambil dari mana, lalu meminumnya. Seekor kucing betina kurus berwarna hitam muncul, mengendus-endus dan menggoyang-goyangkan ekornya. Kucing kurus itu melompat ke atas gerobak, tidur bagaikan anak balita yang merasa tenteram di dekat ayahnya.
Melintasi pangkalan parkir truk yang berjejer memenuhi trotoar, para pejalan kaki terpaksa melintas di atas aspal jalan raya dengan perasaan waswas menghindari kendaraan yang melaju. Lelaki itu lewat begitu saja mendorong gerobak bermuatan kucing dan buntelan-buntelan kumal miliknya sambil mencari-cari puntung rokok yang masih berapi di pinggir jalan itu, lalu mengisapnya dengan santai. Orang-orang menghindarinya sambil menutup hidung ketika berpapasan dengannya.
Lelaki setengah umur itu memarkir gerobak kecilnya di bawah pohon mangga tak jauh setelah belokan ke kanan tanpa membangunkan kucing betina hitam kurus yang terlelap di atas buntelan-buntelan dalam gerobak itu. Ia menepi ke pinggir sungai yang penuh sampah plastik, lalu kencing begitu saja. Ia tersentak kaget ketika mendengar kucingnya mengeong. Seorang bocah perempuan ingusan yang memegang krincingan dari kumpulan tutup botol minuman telah melempari kucing itu. Lelaki itu berkacak pinggang, menatap bocah perempuan ingusan itu dengan tajam. Bocah perempuan ingusan itu balas menantang sambil juga berkacak pinggang. Kucing betina hitam kurus itu mengendus-endus di belakang tuannya, seperti minta pembelaan.
Lelaki itu kembali mendorong gerobak kecilnya dengan bunyi kricit- kricit roda besi gerobaknya. Kucing betina kurus berwarna hitam itu kembali melompat ke atas gerobak. Bocah perempuan yang memegang krincingan itu mengikuti dari belakang dalam jarak sepuluh meteran. Bayangan jalan layang tol dalam kota, melindungi tiga makhluk itu dari sengatan matahari. Sementara lalu lintas semakin padat, udara semakin pekat berdebu dan berasap kendaraan.
Tiba-tiba, lelaki setengah umur itu membelokkan gerobak kecilnya ke sebuah rumah makan yang sedang padat pengunjung. Dari jauh, seorang satpam mengangkat pentungannya tinggi-tinggi. Lelaki itu tak memedulikannya, terus mendorong hingga ke tempat parkir penuh mobil di depan restoran itu. Ia menyelonong masuk berharap ada makanan untuk disantap.
"Cepat pergi!" hardik seorang pelayan rumah makan dengan berlari keluar, menyerahkan sekantong plastik makanan pada laki-laki itu
“Terimakasih, bu.” ucap lelaki setengah umur itu sambil memasukkan sekantong plastik makanan ke dalam saku baju kumalnya.
Lelaki setengah umur itu menghentikan gerobak kecilnya di depan sebuah halte bus kota. Mengeluarkan beberapa koin untuk ditukarkan dengan beberapa batang rokok yang dijual oleh seseorang dengan gerobak jualannya. Orang-orang yang berdiri di dekat gerobak rokok itu menghindar tanpa peduli. Lelaki itu meneruskan perjalanannya menuju kolong tangga jalan tol itu. Tempat lelaki setengah umur itu di pojok yang gelap dan terlindung dari hujan dan panas. Dari dulu tempatnya di situ, tak ada yang berani mengusik. Kecuali beberapa kali ia diangkut oleh polisi kota, lalu kemudian dilepas dan kembali lagi ke situ. Ia lalu membongkar isi gerobaknya, mengeluarkan lipatan kardus dan mengaturnya menjadi tikar. Kucing betina berwarna hitam kurus itu mengibas-ngibaskan ekornya ketika lelaki itu mengambil sebuah piring plastik dari dalam buntelan, lalu membagi makanan yang didapatnya dari rumah makan tadi. Keduanya makan dengan lahap tanpa menoleh kanan-kiri.
Bocah perempuan ingusan itu berdiri dari jauh di bawah kolong jalan laying tol itu, memandang dengan rasa lapar pada makhluk yang sedang asyik menikmati makan siang itu. Ia memberanikan dirinya menuju kedua makhluk itu, lalu bergabung makan dengan kucing betina berwarna hitam kurus itu. Kucing betina itu menghindar dan makanan yang tinggal sedikit itu  dilahap bocah perempuan tadi. Sedang lelaki setengah umur itu tidak peduli, meneruskan makannya dengan lahap. Mengeluarkan sebuah botol air kemasan berisi air, meminumnya separuh. Tanpa bicara apa- apa, bocah perempuan ingusan itu menyambar botol itu dan meminumnya juga hingga tandas. Lelaki setengah umur itu hanya memandang, sedikit terkejut, tapi tidak bicara apa-apa. Ia mengeluarkan rokok dan membakarnya sambil bersandar pada gerobak kecilnya. Tergeletak tidur setelah itu di atas bentangan kardus kumal.
Malam telah larut. Bocah perempuan ingusan itu berlari terbirit-birit dikejar gerimis. Bunyi krincingan dan kantong plastik yang dibawanya membangunkan kucing betina kurus berwarna hitam itu. Ia mengeong sedikit, kemudian diam setelah dilempari sepotong kue oleh bocah itu. Lewat penerangan jalan, samar- samar dilihatnya lekaki setengah umur itu tidur dengan alas kardus. Setelah melahap kue, kucing itu kembali tidur di sebelah tuannya, di atas kardus yang tersisa. Bocah itu mengeluarkan lilin dan korek api dari dalam kantong plastik. Dinyalakanlah lilin sebagai sedikit penerangan. Lalu ia mendekat ke arah lelaki setengah umur itu agar lebih terlindung oleh dinginnya angin.
“Jangan dekati aku!” hentak lelaki setengah umur.
“Aku kedinginan.” kata bocah perempuan dengan memelas.
“Cari kardus disana! Dan jadikan alas tidurmu!”
 Bocah itu melihat kardus muncul keluar dari dalam gerobak kecil milik lelaki setengah umur itu. Ia berusaha menariknya keluar tanpa menimbulkan suara berisik dan mengganggu lelaki itu. Setelah berhasil, ia membaringkan dirinya yang setengah menggigil karena pakaiannya basah dan merapat pada tubuh lelaki dibaliknya itu.
Bocah perempuan ingusan itu cepat terlelap dan bermimpi kalau kucing betina kurus berwarna hitam itu pergi jauh. Lelaki setengah umur itu juga sedang bermimpi bersahabat dengan seorang perempuan, dan tak ingin kehilangannya. Ketika ia membalikkan badannya, ia memeluk erat-erat tubuh bocah yang setengah basah itu dan melanjutkan mimpinya.
Sebelumnya, kolong penurunan jalan layang tol itu cukup padat penghuninya di malam hari. Beberapa anak jalanan yang sehari- hari mengamen juga bermalam disitu. Ada lima anak jalanan laki-laki yang selalu menjahili bocah perempuan yang selalu membawa krincingan itu sampai menangis. Lelaki setengah umur itu membiarkannya saja. Penghuni lain pun tak ada yang berani membela. Sejak itu, bocah perempuan ingusan itu menghilang, entah tidur di mana.
Lelaki setengah umur itu mulai marah ketika suatu hari ia membawa seekor kucing betina kurus berwarna hitam ke tempatnya. Mungkin kucing itu kurang sehat hingga semalaman kucing itu diam dan lesu. Lelaki itu tampak berusaha keras mengobati kucing itu dengan menyuguhkan makanan dan air. Tapi, anak-anak jalanan yang jahil itu melempari kucing itu dengan batu. Salah satu batunya mengenai kepala lelaki itu. Lelaki itu kesal, lalu mengambil golok di dalam timbunan buntelan dalam gerobak kecilnya. Anak-anak itu dikejarnya. Salah seorang terluka oleh golok itu. Namun, mereka tak ada yang berani melawan dan tak berani kembali lagi.
Sebelum subuh, pasukan polisi itu datang lagi, lengkap dengan beberapa truk dengan bak pengangkut gelandangan. Lelaki yang sedang terlelap itu terangkut bersama gerobaknya di atas bak truk. Begitu juga bocah perempuan itu. Lelaki setengah umur itu menggapai-gapaikan tangannya, minta petugas menaikkan kucingnya yang mengeong, minta ikut bersama tuannya. Tapi, sebuah pentungan kayu mengenai di kepala kucing kurus itu hingga terbirit-birit berlari ke seberang jalan dan hilang ditelan kegelapan.
"Mampus kau, kucing gudikan!" gertak petugas itu sambil melompat ke atas truk yang segera berangkat.
Bak truk itu nyaris penuh, termasuk tukang rokok di halte ada disitu. Lelaki setengah umur itu tampak geram. Matanya melotot ke arah petugas yang memegang pentungan. Hujan telah reda. Truk tersebut menuju ke suatu tempat arah ke Utara. Terdengar azan subuh bersahut-sahutan. Bulan sabit tipis masih terlihat di langit.
Beberapa minggu kemudian, pelintas jembatan penyeberangan yang tak beratap itu, kembali menemukan lelaki setengah umur di tempat sebelumnya. Ia baru turun mengemasi kaleng peot dan alas kardusnya ketika matahari mulai tergelincir ke Barat. Melangkah dengan pasti, menuju tempat gerobak kecilnya.
Di depan pangkalan truk dekat trotoar, lelaki itu mendorong gerobak kecilnya dengan santai sambil mengawasi puntung-puntung rokok yang masih menyala dilempar sopir-sopir truk ke jalan ketika laki- laki bergerobak itu melintas. Di atas gerobaknya, kini terdapat bocah perempuan ingusan itu sambil terus bernyanyi dengan iringan krincingannya.

Rabu, 28 November 2012

EXAMPLE OF PROCEDURE TEXT ; How to Make Bakpao


hihi.. lagi iseng aja niih..
aku ada tugas bahasa inggris bikin contoh procedure text,, mmm,, enaknya apa yaa? sampailah di penghujung pikiranku terlintas judul "HOW TO MAKE BAKPAO".
naah, disini aku mau nge.share ini nii.. sekalian buat belajar masak. :D
so, this is it:

Ingredients:
6 cups (600 gr) flours (all purpose flour)
1 3/4 cups warm wate
1 – 2 tablespoons sugar (depends on your taste)
1 tablespoon dry yeast
1 tablespoon baking powder
2 tablespoons (about 50 gr) shortening or margarine.
For the filling:
250 gr grape jam, salt, pepper, spring onion (sliced), garlic (crushed and sliced) and onion or shallot (sliced thin).
Directions:
1. Put sugar into warm water and stir it until dissolve, pour the yeast then stir again. Let it set about 10 minutes until the foam rise. I know there are also yeast which says the don’t need water, I tried once but I didn’t like the smell of the yeast was so strong in the dough. So I just use the regular dry yeast.
2. Mix the flour and baking powder
3. Add the yeast mixture slowly to the flour, stir and then add the shortening.
4. Start to knead, I sometimes use a stand mixer, If it feels too dry you can add a little bit cold water. Continue kneading the dough until it becomes elastic, then cover it with a dry towel for 2 hours . My mom suggested the tupperware bowl famous for yeast dough – no need to cover it for hours, after about 15 minutes it will pop and the dough would be ready- do you know about that? That is not true, in my case I’ve tried several times and always failed. So it is save for me to say, just cover the bowl with a dry towel for about 2 hours.
5. Meanwhile prepare baking paper, cut them into squares about the size of the bun, we need this so the bun won’t stick in the pot. Prepare the steamer, cover the lid with a dry towel. It is important to cover the lid with a dry  towel because when the steam water fall on the bun, the bun will be moistly and won’t look good.
6. Prepare the filling: Put a bit oil in the pan, sauté the garlic and onion until fragrant, add the pork, season well and cook until done then add the sliced spring onion. If you like you can also add oyster sauce and indonesian sweet soy sauce.
7. Prepare a clean surface and spread it with a little bit flour. Knead the dough again and start make the bun. It is up to you how big you want to have the bun. Take a part of the dough, make it flat, put the filling in the middle and close it.
 OKE! udah siap deeh! tinggal icip2, kalo tuh makanan enak, brati kalian udah layak buat daftar MasterChef! *lol* becanda, guys.
oke, itu sbagian info dari saya. semoga bermanfaat. :)